Selasa, 25 Agustus 2009

Hakekat Taubat

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah. Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beuntung.” (Q.S. An Nur: 31)

Dalam hidup kita jumpai berbagai macam persoalan yang kadang-kadang sulit diselesaikan atau mungkin jalan yang kita tempuh tidak selalu datar. Terkadang mendaki terkadang menurun dan berbelok-belok.


Keadaan hidup seperti ini sering menyebabkan orang menjadi tidak sabar, khilafdan lalaiterhadap Allah SWT, akibatnya perbuatannya salah dan dosa karena melanggar aturan dan perintah Allah SWT.

Dalam agama Islam kita mengenal istilah taubat, berarti kembali kejalan Allah dengan
meninggalkan segala kemaksiatan dan menysali sepenuhnya. Para ulama mengatakan bahwa taubat dari perbuatan dosa adalah wajib. Dan apabila perbuatan dosa itu tidak bersangkutan dengan manusia, maksudnya hanya dosa antara makhluq dengan khaliqnya, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Tiga syarat itu adalah :

Pertama, menghentikan perbuatan dosa itu.
Kedua, menyesali atas perbuatan dosa tersebut.
Ketiga, berketeguhan hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa itu untuk selama-lamanya.

Tiga persyaratan di atas mutlak adanya, tanpa tiga syarat ini, maka tidak diterima taubat seseorang itu. Namun apabila perbuatan dosa itu menyangkut dengan manusia, maka pelaksanaan tobatnya harus terpenuhi empat syarat. Tiga syarat seperti telah tersebut di atas, dan satu syarat lagi harus menyelesaikan urusan tersebut kepada orang yang bersangkutan. Jika urusan itu ada kaitannya dengan utang piutang, ia harus mengembalikannya. Dan jika itu ada kaitannya dengan sumpah dan tuduhan serta yang serupa dengan itu, ia harus meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Begitu pula jika hal itu ada kaitannya dengan umpat mengumpat, ia harus meminta dihalalkannya.

Banyak sekali ayat-ayat danhadits Nabi yang mewajibkan kita harus segera bertaubat. Diantara ayat-ayat al-Qur’an itu :

“Dan mohonlah ampun dan Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang penuh kecintaan. ” (OS. Hud : 90).

“Hai orang-orang yang her/man / bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sesungguhnya. Semoga Tuhanmu memperbaiki kesalahanmu. Dan memasukkan ke taman-taman yang mengalir, sungai-sungai di dalamnya. Pada hari ketika Allah tiada membiarkan nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya di hina … ” (QS. Al- Tahrim :

Adapun di dalam hadits Nabi diterangkan “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada. Allah karena sesungguhnya saya bertaubat seratus kali seharinya“. (HR. Muslim).

“Sesungguhnya Allah lebih bergembira untuk menerima taubat hamba-Nya melebihi dari kegembiraan seseorang di antara kamu sekalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang dipadang Sahara.” (H.R. Bukhari - Muslim).

“Sesungguhnya Allah SWT membentangkan kekuasaannya pada waktu malam, untuk menerima taubat orang yang berbuat jahat pada siang harinya. Dan membentangkan kekuasaannya pada waktu siang, untuk menerima taubatnya orang yang jahat pada lama harinya. Yang demikian itu terus berlangsung sampai matahari terbit dari sebelah Barat, Kiamat” (H.R. Muslim).

Perbuatan maksiat atau dosa mempunyai dampak yang pasti, meskipun tidak dapat dilihat oleh indra mata. Dengan alasan inilah banyak diantara manusia tetap tenggelam dalam perbuatan maksiat dan dosa itu. Sehingga akhirnya enggan melaksanakan taubat, meskipun ia tetap beriman. Faktor lain yang membuat manusia cenderung untuk melakukan perbuatan dosa, karena kelezatan syahwat yang mendorong ke arah itu spontan cepat dirasakan. Itulah sebabnya manusia sering gelap mata, tidak mau tahu lagi mana yang halal dan mana yang haram, mana maksiat dan mana yang taat, padahal semua itu ada perhitungannya di sisi Allah.

Sungguh Allah Maha Tahu, bahwa manusia cenderung untuk berbuat dosa, oleh karenanya Allah sediakan sarana untuk manusia yang berbuat dosa, agar menjadi suci kembali seperti semula. Sarana itu tiada lain adalah taubat. Andaikata tidak ada taubat, kita dapat membayangkan manusia semua masuk neraka. Kenapa hal ini terjadi 1 Karena manusia itu tidak sunyi dari perbuatan salah dan dosa. Baginda Nabi besar Muhammad SAW telah bersabda dalam sebuah hadits : “Setiap anak Adam tidak sunyi dari kesalahan dan dosa dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah dan dosa adalah orang yang bertaubat.” (AI-Hadits).

Allah SWT Maha Pengampun, mengampuni dosa manusia, sebesar apapun dosa yang ia perbuat. Nabi bersabda: “Walaupun kamu sekalian berbuat dosa memenuhi langit dan bumi, kemudian kamu menyesali dan memohon ampun kepada Allah, maka Allah senantiasa menerima taubatmu.” Berkaitan dengan hadits ini, ada suatu peristiwa yang sangat menarik. Pada suatu hari Rasulullah berjalan bersamaAbu Hurairah. Rasulullah terlebih dahulu memasuki Mesjid, sedang Abu Hurairah ada dibelakangnya. KetikaAbu Hurairah sampai dipintu mesjid, tiba-tiba datang seorang wanita. Seraya ia berkata, yaa Abu Hurairah ! saya ini orang laknat. Abu Hurairah itu terkejut mendengar pengakuan wanita itu dan berkata kepadanya apa yang terjadi denganmu? Saya berzinah dengan seorang laki-laki hingga melahirkan seorang anak, karena malu, lalu saya bunuh anak itu. Saya pezina dan saya pembunuh; Adakah pintu taubat bagi saya? tutur wanita itu dengan nada sendu. Abu Hurairah menjawab, wahai wanita laknat sungguh engkau merugi, kamu sudah dilaknat Allah, lalu Abu Hurairah masuk ke dalam mesjid dan wanita itu merasakan kesedihan yang mendalam.

Sesampainya di dalam Mesjid Abu Hurairah merasa ragu terhadap jawaban yang telah diberikan kepada wanita tadi. Dan akhirnya mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah; Yaa Rasulullah, tadi dipintu masjid ada wanita yang bertanya, ia berzina, dari hasil zinanya ia melahirkan seorang anak kemudian anaknya dibunuhnya, masihkah ada pintu taubat untuknya. Laiu dijawab oleh Rasullah dengan surat AI-Furqon : 70-71).

“Kecuali barang siapa yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal kebaikan, kejahatannya akan diganti oleh Allah dengan kebajikan, Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Barang siapa yang bertaubat dan melakukan amal kebaikan, sesungguhnya ia bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat”

Mendengar jawaban Rasulullah seperti itu, Abu Hurairah langsung keluar masjid dengan maksud mencari perempuan tadi. Dan didapatinya ia sedang menangis tersedu-sedu. Abu Hurairah menghampirinya dan berkata, wahai wanita yang malang ada berita gembira untukmu. Wanita itu terkejut, setelah diketahuinya bahwa yang datang itu adalah Abu Hurairah, langsung ia mendesak dengan ketidaksabaran. Berita apa yang engkau bawa wahai Abu Hurairah? Peristiwa yang engkau alami telah aku adukan kepada Rasulullah, pintu taubat masih terbuka untukmu dan taubatan maupun diterima Allah asal diiringi dengan kebaikan. Wanita itu akhirnya girang sekali dan berkata kepada Abu Hurairah, yaa Abu Hurairah, ambilah tanah saya di Bairuha sebagai tanda syukur saya kepada Allah bahwa taubat saya masih diterima. Dan tolong sampaikan salam kepada Rasulullah bahwa saya telah menyesali segala perbuatan yang telah dilakukan.

Dari uraian di atas, sebesar apapun dosa diperbuat manusia baik itu berzina, membunuh dan sebagainya asal akhir hidupnya bertaubat kepada Allah pasti diampuni-Nya. Namun masalahnya taubat ini jangan ditangguhkan, hal inipun ditegaskan Allah dalam al-Qur’an.

“Berlombalah dalam mendapatkan ampunan dari tuhanmu dan surga yang seluas langit dan bumi disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan.” (Q.S. All Imran : 133). Dengan demikian tidak ada satu alasanpun untuk menunda-nuda taubat apalagi ditangguhkan sampai tua . Alasannya sangat sederhana sekali, yaitu karena kita tidak tahu kapan mati. Dan sebagai gambaran mengenai pencatatan dosa seseorang yang maksiat seperti telah dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi : “Kalau ada orang yang berbuat dosa, malaikat pencatat dosa, belum mencatat perbuatan orang itu dalam tempo tiga jam. Dalam tempo tiga jam itu ia tidak meminta ampun, maka malaikat baru mencatat dosanya. Setelah dicatatpun kalau orang itu bertaubat, maka Allah mengampuninya. Dan andaikata dalam tiga jam setelah berbuat dosa dia meminta ampun, maka dosanya tidak jadi ditulis oleh Malaikat.”

Dari hadits tersebut di atas, tersirat bahwa masalah taubat itu mudah sekali. Sesungguhnya tidak demikian, sekali-kali tidak demikian halnya. Sebab masalah taubat ini terletak pada hati sanubari. Dan tidak tersirat di dalam hatinya untuk mempermainkan Allah. Seperti juga pernah diceritakan dalam sabda Rasulullah : “Pada zaman dahulu ada seseorang yang telah membunuh 99 orang, kemudian ia mencari-cari orang yang paling ‘alim di negeri itu, maka ia ditunjukan kepada seorang pendeta, iapun lantas datang kepadanya dan menceritakan bahwasanya ia telah membunuh 99 orang, maka apakah masih diterima taubatnya, kemudian si pendeta itu mengatakan bahwa taubatnya tidak akan diterima. Lantas orang itu membunuh pendeta tadi, maka genaplah seratus orang. Dia mencari-cari lagi orang yang paling alim di negeri itu maka ia ditunjukkan kepada seseorang yang sangat alim. Kemudian ia menceritakan bahwa ia telah membunuh seratus orang, maka apakah masih diterima taubatnya, orang alim itu menjawab ya masih terima, siapakah yang akan menghalangimu untuk bertaubat? Dan pergilah ke arah sana, karena penduduk di daerah sana menyembah Allah SWT, maka sembahlah Allah bersama-sama dengan mereka. .Dan janganlah engakau kembali ke kampung halamanmu, karena kampungmu adalah daerah penuh kemaksiatan.

Akhirnya orang itu pergi setelah menempuh kira-kira setengah perjalanan, maka iapun mati. Bertengkar malaikat rahmat dan malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata : “ia benar-benar telah berangkat untuk bertaubat dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Malaikat siksa berkata sesungguhnya ia belum berbuat kebaikan sedikitpun. Lantas datanglah seorang Malaikat yang berbentuk manusia, maka kedua malaikat itu menjadikannya sebagai hakim. Berkatalah malaikat berbentuk manusia itu. “Ukurlah olehmu dua daerah itu, maka kepada daerah yang lebih dekat itulah ketentuan nasibnya. Mereka mengukurnya kemudian di dapatkannya daerah yang dituju itulah yang lebih dekat, maka jenazah tersebut milik malaikat rahmat. Di dalam riwayat lain disebutkan ia lebih dekat sejengkal saja dari daerah yang baik itu, dari uraian diatas kita dapat menegaskan kembali bahwa masalah taubat ini adalah masalah hati nurani timbul dari hati sanubari yang dalam. Kita sebagai hamba Allah di mana kita akan kembali kepada-Nya, sebesar apapun dosa yang kita perbuat asalkan kita bertaubat kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya pasti Allah akan mengampuninya. Dan mudah-mudahan kita termasuk orang yang diterima taubatnya. Amiin.

Sumber :
Mau’izah Hasanah No. 505 th. 2008 14 Maret 2008, dalam :
http://mimbarjumat.com/archives/41
26 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar